Beberapa
hari yang lalu, ada hal menarik di
linimasa salah satu media sosial yang saya gunakan. Beberapa kawan saling
menguak borok digital masing-masing. Maksud saya, mereka saling mengorek
ekspresi tertulis di dinding akun media sosial masing-masing—secara lebih tepat
disebut dengan status.
Kawan-kawan
saya itu, ada yang memang saya kenal baik, meskipun banyak pula yang
tak pernah saya temui secara
langsung. Hampir semua dari mereka sekarang adalah penulis yang jempolan,
menggawangi portal-portal media daring
yang kontennya yahud, atau setidaknya mereka adalah pegiat di dunia
baca-tulis. Dengan melihat posisi mereka
sekarang, maka ekspresi-ekspresi
tertulis yang pernah mereka catat di dinding akun mereka beberapa tahun silam
adalah artefak sekaligus aib yang menggelikan. Mereka saling membongkar
arsip-arsip lawas di akun kawan yang lain, lalu bila didapati hal yang terkesan
lucu, naif, konyol, mereka sebarkan ulang di dinding akun yang sekarang, lalu
ditertawakan bersama-sama. Aktivitas saling buka borok digital ini begitu riuh,
berseliweran di linimasa, dan membuat saya ikut tersenyum sekaligus kadang
tertawa terbahak-bahak.