Rabu, 24 Februari 2016

Menerima Kekalahan





Gambar diambil dari sini




Entah saya benar atau tidak, tapi saya merasa bahwa hidup terlalu sering hanya dimaknai sebagai laku untuk mendapatkan hal-hal yang kita impikan. Hidup kerap sekadar dibaca sebagai sebuah perjalanan dari satu angan ke angan lain, mewujudkannya menjadi perkara yang nyata, merancang gerak demi gerak, menggapai cita-cita, mengejawantahkan impian. Terus menerus kita dihela ritus demikian. Berkali-kali. Berulang-ulang.

Lalu apa yang menjadi soal? Apakah itu perkara yang salah? Lancang betul saya jika berani menyalahkan perkara itu. Tentang hidup yang dimaknai dengan terus bergerak untuk mencapai target demi target, tentu saja saya sepakat. Tanpa bersikap demikian, hidup mirip biduk di tengah laut. Terombang-ambing tanpa kejelasan.