Bambang Pamungkas kala merayakan gol bersama timnas Indonesia. Gambar diambil dari sini |
Kamis,
14 Agustus 2014.
Stadion
Gelora Bung Karno riuh karena gemuruh suara suporter, terutama pendukung klub
sepakbola Persija yang kala itu menjamu tamunya dari Bandung, Pelita Bandung
Raya. Bendera dan spanduk berukuran besar berkibar-kibar gagah, suara tepuk
tangan bercampur dengan sorak sorai, seolah hendak merobohkan dinding stadion
yang megah.
Gemuruh
juga riuh di dalam batin seorang pemain bernama Bambang Pamungkas. Bepe—begitu
ia karib dipanggil, hari itu harus bermain di hadapan ribuan suporter Persija
atau The Jakmania. Kegamangan Bepe mengalir deras karena ada sesuatu yang
berbeda. Bila musim-musim sebelumya ia
bermain di stadion yang sama dengan
seragam oranye kebanggan Persija, hari itu ia menjadi rival. Bepe datang untuk
menghadapi klub yang membesarkan namanya. Klub yang hidup oleh semangat
suporter-suporter fanatik, yang mematri nama seorang Bambang Pamungkas sebagai
seorang legenda.