Bambang Pamungkas kala merayakan gol bersama timnas Indonesia. Gambar diambil dari sini |
Kamis,
14 Agustus 2014.
Stadion
Gelora Bung Karno riuh karena gemuruh suara suporter, terutama pendukung klub
sepakbola Persija yang kala itu menjamu tamunya dari Bandung, Pelita Bandung
Raya. Bendera dan spanduk berukuran besar berkibar-kibar gagah, suara tepuk
tangan bercampur dengan sorak sorai, seolah hendak merobohkan dinding stadion
yang megah.
Gemuruh
juga riuh di dalam batin seorang pemain bernama Bambang Pamungkas. Bepe—begitu
ia karib dipanggil, hari itu harus bermain di hadapan ribuan suporter Persija
atau The Jakmania. Kegamangan Bepe mengalir deras karena ada sesuatu yang
berbeda. Bila musim-musim sebelumya ia
bermain di stadion yang sama dengan
seragam oranye kebanggan Persija, hari itu ia menjadi rival. Bepe datang untuk
menghadapi klub yang membesarkan namanya. Klub yang hidup oleh semangat
suporter-suporter fanatik, yang mematri nama seorang Bambang Pamungkas sebagai
seorang legenda.
Laga
berlangsung dengan tempo permainan yang sedang-sedang saja.
Di
menit ke-66, Agus Indra menyodorkan umpan kepada Musafri yang berlari kencang
di sisi kanan, mengiris tepi kiri pertahanan Persija. Musafri menjaga momentum
yang tepat sebelum sebuah umpan lambung dilepaskan kaki kanannya. Bola melayang
di udara dengan lembut menuju kotak penalti. Dua pemain bertahan Persija tidak
sadar saat kaki Bepe menjejak tanah sambil setengah berlari, membuat tolakan
untuk melayang di udara. Bola umpan Musafri ditanduknya dengan kencang ke
gawang Andritany, kiper Persija yang kalah sigap. Bola melewati garis gawang
sebelum akhirnya memantul dan menggetarkan jala.
Bepe
mencetak gol ke gawang Persija, klub yang menjadikannya legenda. Klub yang
sangat dia cintai. Ia memilih merobohkan diri di atas rumput untuk mengalirkan
emosinya. Bepe enggan melakukan selebrasi. Rekan-rekan satu timnya datang dan
menindihnya beramai-ramai sebagai ekspresi kegembiraan.
Sekitar
tiga bulan sebelumnya, Bepe juga sempat menjebol gawang Persija. Bedanya, Bepe
melakukannya di Stadion Jalak Harupat,
kandang Pelita Bandung Raya. Sama seperti hari itu, Bepe menolak berselebrasi.
Bambang menolak merayakan gol karena cinta membuatnya tidak sampai hati melukai
perasaan The Jakmania yang memujanya. Bepe bukanlah Mario Balotelli yang
menganggap selebrasi usai mencetak gol adalah perkara yang berlebihan. Kata
Balotelli, tugas striker memang mencetak gol, sama dengan tugas tukang pos yang
mengantarkan surat. Tak ada yang perlu dirayakan dari mencetak gol, sebagaimana
tukang pos tidak ada yang bersorai setelah surat usai disampaikan.
Gol
tandukan Bepe ke gawang Persija mirip dengan gol Emmanuel Adebayor saat berbaju
Manchester City kala melawan mantan klub yang membesarkan namanya, Arsenal.
Kala itu, September 2009, Shaun Wright-Philips yang lolos dari tackling Clichy, mengirim sebuah
umpan lambung terukur ke kotak penalti
Arsenal. Adebayor melompat ke udara, beradu cepat dengan bek Arsenal, lalu menyambar
bola dengan kepala sebelum bola meluncur deras dan berbuah gol. Sepersekian
detik setelah jala bergetar, Adebayor seperti kesetanan. Ia berselebrasi dengan
berteriak-teriak dan mengelilingi lapangan sebelum akhirnya berseluncur dengan
lutut di hamparan rumput menghadap suporter Arsenal. Masih kurang, dia
membentangkan kedua tangannya seolah mempersembahkan gol itu buat mereka.
Sumpah serapah berhamburan dari suporter Arsenal kepada pemain asal Togo yang
dulu mereka puja. Beberapa dari mereka menambahi ungkapan kekesalan mereka
dengan mengacungkan jari tengah.
Usai
selebrasi kontroversialnya, beberapa hari kemudian Adebayor meminta maaf kepada
suporter Arsenal lewat media. Ia berdalih, emosinya tumpah usai menjebol gawang
Arsenal karena teringat beberapa hal yang mengecewakannya selama berkiprah di
klub asal London itu.
Namun
Bambang bukan Adebayor. Ia tetap menghormati klubnya walau sempat ada konflik
dengan manajemen Persija sebelum ia hengkang. Ia bahkan mengaku berbulan-bulan
kehilangan pendapatan sebagai pesepakbola karena Persija sempat tidak
menggajinya. Cinta memang seringkali tak punya alasan. Bambang tidak bisa
menyembunyikan cintanya kepada klub yang menambatkan namanya sebagai legenda
hidup, walau di saat yang sama ia menghormati profesionalisme dan tanggung
jawab lain sebagai pesepakbola yang mengharuskannya bermain sebaik mungkin
untuk klub lain. Ia memberi contoh bagaimana mencintai dengan keras kepala,
dengan sungguh-sungguh, walau hidup kerap penuh onak, yang membuat hidup tak melulu sesuai rencana.
***
Bepe
sudah mematri cinta yang keras kepala kepada sepak bola sedari ia kecil. Ia
juga memberi contoh bahwa komitmen sebaiknya dirawat dan dibuktikan. Sempat
bimbang antara meraih cita-citanya menjadi guru atau pesepakbola, Bepe kemudian
memantapkan haluan untuk terus meniti karir di lapangan hijau. Cita-citanya
menjadi seorang guru tidak lepas dari pengaruh ibunya yang seorang pendidik di
kampung halamannya. Bepe kecil dikenal memiliki catatan prestasi akademik yang
moncer. Ia adalah bintang sekolah, yang bahkan menyabet Nilai Ebtanas Murni
tertinggi di daerahnya.
Bepe
kecil merelakan mimpinya menjadi seorang guru pupus perlahan. Ia memilih jalan
terjal untuk menjadi pesebakbola. Pilihan yang ia ambil membuatnya terpacu untuk
terus membuktikan kepada ibunya, yang kerap mendesak Bepe untuk mengubur impian
menjadi pesepakbola dan menggantinya dengan harapan yang dianggap lebih masuk
akal saat itu: menjadi PNS.
Bepe
mencintai sepak bola dengan keras kepala mengamini, bahwa cinta menagih
pembuktian. Bukti cinta Bepe terhadap sepak bola berbuah hasil manis yang
dirasakannya sekarang. Mimpi Bepe
menjadi bagian penting dari dunia sepak bola nasional menjadi kenyataan yang
sulit ditampik. Bepe adalah legenda hidup sepakbola Indonesia dengan silang
sengkarut masalah federasi dan minimnya prestasi nasional. Ia adalah
pesepakbola yang ikonik karena ia punya kualitas yang terus dijaga dalam berbagai
tahapan, berbagai tempat, baik di dalam atau di luar lapangan.
Kemampuan
teknis Bepe memang prima, kendati tidak sangat istimewa. Namun itu cukup
membawanya ke jalur juara di hati banyak orang. Ia buruk di dribbling, sangat jarang beradu sprint yang membuatnya lemah di
bola-bola daerah, power yang
dimilikinya juga dalam batas wajar sebagai pemain di level kompetisi nasional.
Kekuatan utamanya adalah penguasaan ruang, penempatan posisi, dan kemampuan
membaca arah bola, serta visi yang brilian. Ini berbuah predikatnya sebagai
seorang master di bola-bola atas kendati posturnya tidak besar. Pengelolaan
mentalnya kokoh, yang membuatnya bisa tetap tenang kendati dalam pertandingan
besar yang menyita fokus dan mengoyak emosi.
Karena
pengelolaan emosinya baik, Bepe dihormati kawan dan lawan. Ia berjanji pada
dirinya sendiri untuk tidak akan mencederai dengan sengaja kepada pemain
lain. Ia menghormati nilai-nilai sepak
bola bukan sekadar upaya mengolah raga, tetapi sebagai sebuah sport, sebuah laku kompetitif yang sarat
nilai. Ia tidak mau menyakiti orang-orang yang serupa dengannya: mencintai
sepakbola dan menjadikan sepak bola sebagai jalan hidup.
Keteladanan
Bepe juga tercermin dari keberanian dan keteguhannya untuk menampik dan
menghindari hal-hal yang dianggap tidak perlu dan justru sarat risiko untuk
mengurangi performanya sebagai pesepakbola profesional. Jika pesepakbola lain
yang mengisi liburan kompetisi dengan bermain antar kampung (tarkam), Bambang
memilih bersantai dengan keluarganya. Ia tidak pernah menerima tawaran bermain
tarkam. “Gue gak mau aset yang gua miliki sebagai pesepakbola profesional,
cedera gara-gara hal yang tidak perlu,” katanya suatu ketika.
Upaya
menjaga aset untuk menghormati komitmen dan kecintaannya terhadap sepak bola
ini pula yang membuatnya menikah muda. “Gue nikah muda karena untuk menghindari
hahaha hihihi di luar, biar ada alasan untuk segera pulang ke rumah,” kata
Bepe. Bepe juga mengaku sebisa mungkin
tidur cukup dan menghindari begadang agar fisiknya selalu prima.
Gambar diambil dari sini |
Modal
Bepe yang membedakannya dengan pesepakbola lain di Indonesia adalah modal
intelegensinya. Ia adalah pemain yang tak hanya menggunakan kaki sebagai aset
utama, namun juga “otak”. Bepe adalah pemain yang memiliki kecakapan berpikir
yang di atas rata rata. Kemampuan komunikasinya bagus, verbal dan non verbal.
Itu membuatnya layak menjadi kapten, yang harus piawai berkomunikasi bahkan tak
jarang dengan bahasa asing. Itu bukan persoalan bagi Bepe. Ia sudah menunjukkan
sejak belia, bahwa ia cakap dan sangat percaya diri berkomunikasi dengan bahasa
asing untuk kepentingan timnya dalam laga-laga internasional.
Bepe
juga sangat artikulatif mengemukakan gagasannya. Ia terbiasa berpikir dengan
kerangka dan struktur yang rapi. Ia aktif bersuara tentang dunia sepakbola
profesional tanah air, utamanya tentang nasib pemain melalui wadah Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia
(APPI) dan Yayasan Bambang Pamungkas. Artikulasi Bepe yang baik juga bisa
dilihat dari buah pikirannya yang diabadikan dalam dua buku yang ditulisnya,
selain rutin menulis di blog. Silakan sebutkan, berapa orang pesepakbola profesional
Indonesia—baik yang aktif atau yang sudah purna—yang menulis buku?
Menariknya, Bepe yang
artikulatif, dikenal pelit bicara ke media. Sekali lagi, itu dilakukan bukan
tanpa alasan. Ia tidak mau gaung yang dihasilkan media, mendistorsi upayanya
menjaga profesionalisme sebagai pesepakbola. Ia bahkan menikmati tudingan bahwa
ia sombong, arogan, sok, terutama kepada media. Bagi Bepe, citra dan situasi
demikian justru dibangunnya agar ia terpacu untuk menyerang balik media, melalui
pencapaiannya sebagai seorang pemain. Ia tidak mau sensasi media mengaburkan
fokusnya menjaga sepak bola sebagai profesi yang ia cintai. Sekali lagi, Bepe
terlalu keras kepala soal urusan ini.
Sifat keras kepala dan kemampuan menyampaikan gagasan dengan
baik membuat Bambang sempat dimusuhi oleh petinggi federasi sepakbola
Indonesia, utamanya saat kisruh beberapa tahun silam yang membuat liga
terbelah, kompetisi dihentikan, PSSI dibekukan dan tim nasional yang mati suri. Bepe bercerita, bahwa ada larangan
baginya dari pejabat federasi untuk
membela timnas. Bepe menolak kompromi. Bagi Bepe, bermain untuk timnas adalah
kebanggaan dan kehormatan. Sikap Bepe membuat pejabat dan petinggi federasi
geram. Tapi Bepe enggan peduli. Persoalan ini lagi-lagi menjadi bukti tentang
keteladanan Bepe dalam merawat sepak bola Indonesia dengan cintanya yang keras
kepala. Bepe pernah berujar pada media, "Selalu saya tekankan pada diri
saya, bahwa saya tidak akan pernah mengundurkan diri dari timnas. Apa pun
keadaannya. Karena bagi saya, itu adalah kehormatan. Sebuah profesi yang
membuat saya berada di sini, dan membuat saya dikenal banyak orang. Itu bagian
dari apresiasi besar saya pada sepakbola".
***
Gambar diambil dari sini |
Christopher Dugarry, mantan pemain timnas Perancis yang seangkatan dengan Zinedine Zidane, pernah mengomentari Fransesco Totti, saat
Sang Pangeran Roma itu memilih pensiun. Sebelumnya, Totti melakoni laga
perpisahan yang emosional di Stadion
Olimpico. Seisi stadion berbalut warna merah marun dan kuning, warna kebesaran
AS Roma. Semua sepakat, Totti adalah legenda yang dicintai mereka. Mereka
melepas Totti menuju masa pensiun dengan rasa haru. Totti sampai tak kuasa
menahan air mata.
Namun Dugarry punya pendapat lain. Baginya, Totti belum layak
dianggap sebagai seorang legenda. Alasannya, pencapaian tropi Totti terbilang
minim. Di level klub, Totti hanya pernah sekali memberikan scudetto yang diraihnya saat masa emas AS
Roma bersama Vincenzo Montella, Marco Delvecchio, dan Gabriel Omar Batistuta.
Dugarry dan Totti sama-sama pernah meraih gelar juara dunia bersama timnas
masing-masing.
Jika ukurannya adalah sekadar trofi belaka, layakkah Bambang
Pamungkas atau Bepe ditasbihkan sebagai legenda sepakbola Indonesia?
Jika saya menjadi Totti, saya akan mengejek Dugarry bahwa
legenda tidak akan menangis kecuali karena cinta yang tulus terhadap suporter
dan sepakbola. Untuk diketahui, Dugarry pernah pura-pura menangis agar ada
alasan untuk hengkang dari Barcelona semasa diasuh Luis Van Gaal, saat dia
bermain untuk klub dari Catalan itu. Dugarry tidak tahan dengan tekanan dan
pola kepelatihan Van Gaal yang menempatkannya sebagai gelandang bertahan.
Menjadi legenda memang bukan perihal yang disematkan oleh
diri sendiri. Ia hadir sebagai narasi agung yang lahir karena telah memenangkan
bukan sekadar trofi, tetapi hati banyak orang. Bepe layak
untuk sematan ini dengan segala hal yang menjadikannya jauh dari sempurna.
Bepe sadar betul, bahwa segala sensasi, rumor, dan
kontroversi seorang pemain sepak bola akan tidak akan lebih dijaga di hati
suporter, bila pemain tersebut melaksanakan tugasnya sebaik mungkin dan terus
berupaya meningkatkan kualitas diri sebagai bukti konkrit menjaga
profesionalisme. Suporter akan lebih mencintai pemain, bila pemain tersebut
mencintai profesionalismenya sebagai pesepakbola.
Profesional berarti
menyadari, bahwa ada tanggung jawab yang harus ia tuntaskan. Tanggung jawab
yang menyadari ada hak-hak penonton dan supporter yang harus ia penuhi, dengan
penampilan maksimal di lapangan. Tentu saja itu bukan perkara gampang.
Diperlukan cinta yang keras kepala yang harus terus dipelihara. Dalam perkara
ini, Bepe sudah meletakkan dirinya sebagai teladan yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar