Senin, 03 Agustus 2015

Gemilang Prestasi Sang Gajah*



 
Gambar diambil dari sini
 Jika ada sebuah bank yang begitu lekat dengan semangat kebangsaan di negeri ini, maka kita sedang membicarakan Bank Negara Indonesia (BNI). Hari itu, belum genap setahun Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya—tepatnya pada 5 Juli 1946, pemerintah mendirikan sebuah bank pertama di republik ini bersamaan dengan serangkaian persiapan oleh Poesat Bank Indonesia. Bank ini dinamai Bank Negara Indonesia (BNI) yang tanggal berdirinya lantas dipakai untuk memperingati Hari Bank di negeri ini sampai sekarang.

Berdiri atas dasar Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No 2/1946 dan diresmikan pada ulang tahun pertama proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, BNI hanya bermodal sepuluh juta rupiah dan diberlakukan sebagai bank sentral atau bank sirkulasi, sekaligus bank umum. Namun niatan menjadikan BNI sebagai bank sentral terhambat situasi negara yang saat itu belum cukup kondusif. Setelah Indonesia benar-benar diakui kedaulatan dan kemerdekaannya, pemerintah lantas mengubah haluan dengan menjadikan Javasche Bank yang sudah beraparatur lengkap menjadi bank sirkulasi, sekaligus mengubah namanya menjadi Bank Indonesia. BNI lantas ditetapkan bank umum sesuai Undang Undang Darurat No. 2 tahun 1955 tentang Bank Negara Indonesia.

Ditetapkan sebagai bank umum justru meneguhkan peran BNI kala itu sebagai pemberi akses terhadap modal dan pasar kepada pengusaha nasional. BNI semakin fokus pada segala bidang perekonomian bangsa, terutama bidang perindustrian, perdagangan, dan pertanian. Tak hanya itu, BNI yang baru lahir membuka hubungan koresponden dengan berbagai bank di luar negeri, mulai dari Overseas Chinese Banking Corporation Limited di Singapura dan Hongkong, Amsterdamsche Bank NV di Amsterdam, dan Banker Trust Company di New York. BNI bahkan melebarkan sayap dengan menjadi bank pemerintah pertama mempunyai kantor cabang di luar negeri setelah mendirikan Kantor Cabang Singapura di akhir tahun 1955. Uniknya, bahkan saat itu negara Singapura belum benar-benar terbentuk karena masih menjadi bagian dari Malaysia.

Maka melihat BNI dari sisi historis berarti  mengamini bahwa BNI adalah bagian yang tak terpisah dari semangat kebangsaan. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana capaian BNI sekarang seiring dengan perkembangan jaman dengan mengingat posisi BNI adalah bank pewaris—sekaligus pelaku—sejarah yang turut berandil penting dalam peletakan fondasi ekonomi di negeri ini?

Transformasi adalah Kunci

Di tahun 2011, Forum Humas BUMN menggelar Anugerah BUMN yang menyoroti proses inovasi BUMN dari berbagai sisi. Di ajang itu, BNI berhasil terpilih menjadi Best of The Best-Anugerah BUMN-Inovasi. BNI menjadi yang terbaik dari yang terbaik karena unggul untuk tiga kategori, yaitu: Manajemen, Pemasaran, dan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL).

Dewan Juri melihat bahwa keberhasilan BNI tidak lepas dari kemampuan menyelaraskan aksi perubahan dengan cara melakukan transformasi untuk menimbulkan perubahan mendasar, yakni perubahan nilai di seluruh aspek korporasi. Dengan transformasi yang dilakukan, BNI menggeser kultur birokrat menjadi kultur korporat dan mengubah model bisnis dari yang semula berorientasi pada produk menjadi berorientasi kepada pelanggan.

Menyoal transformasi ini, terdapat filosofi unik yang mendasari proses perubahan yang terjadi di tubuh BNI. Direktur Utama BNI, Gatot.M. Suwondo, mengatakan bahwa transformasi yang dilakukan oleh segenap jajaran BNI tak ubahnya ibarat mengeksplorasi gajah cerdas. Kata beliau, “Kami gunakan seluruh kemampuan energi yang dimiliki bank besar ini secara optimum, seperti menggunakan tenaga gajah.”

Gajah, hewan cerdas yang bertubuh besar dipilih sebagai maskot transformasi yang dilakukan. Mengapa bukan hewan lain, elang misalnya? Gatot menjawab dengan bijak, “Terlalu berdarah-darah.” Katanya, elang memang melakukan transformasi revolusioner dan ekstrim, namun itu tidak cocok untuk BNI. Lebih jauh lagi, pada usia tertentu, elang bisa kehilangan pesona dan kemampuannya dengan begitu cepat. Paruhnya bisa menumpul, kukunya lemah untuk menggenggam ranting, insting memburu mangsanya bisa menurun drastis. Berbeda dengan karakter gajah yang penuh kekuatan sekaligus cerdas, penuh ketenangan dalam bersikap, jeli beradaptasi, sekaligus cermat melihat kondisi sekitar.

Pilihan transformasi yang ibarat mengeksplorasi gajah cerdas ini diawali dari perencanaan tentang kekuatan, peluang, dan tantangan yang dimiliki oleh sang gajah itu sendiri. Artinya, dalam proses transformasi BNI harus jelas dalam bagaimana cara mengeksplorasi potensi berikut energinya, serta menempatkan fungsinya secara tepat dalam lanskap industri jasa keuangan dan perbankan global di masa depan.

Jangkauan penglihatan sang gajah itu semakin terlihat jelas ketika diekstrak menjadi visi BNI, yaitu: Unggul, Terkemuka, Terdepan. Unggul artinya BNI dikelola oleh para insan profesional yang cakap sehingga mampu membawa BNI untuk mempunyai daya saing yang baik. Terkemuka artinya BNI adalah bank yang selalu mampu mengelola inspirasi, inovasi, dan kreativitas. Terdepan artinya BNI adalah bank yang mampu menjadi pelopor dalam membangun kualitas kinerja dan layanan perbankan.

Salah satu wujud pengejahwantaan visi itu adalah perubahan orientasi bisnis dari yang berorientasi produk menjadi lebih berorientasi kepada konsumen. Hal ini mengubah strategi hubungan bank dengan nasabahnya dari public relationship menjadi people relationship. Ini menjadi penting karena pencapaian kepuasan nasabah tak berhenti hanya pada saat petugas bank mampu memenuhi apa yang diinginkan nasabah, tapi juga memenuhi apa yang diperlukan oleh nasabah. Dengan cara ini, BNI memfasilitasi dan mengintermediasi kebutuhan tingkat lanjut nasabahnya terkait gaya hidup, harapan hidup dan tujuan hidup mereka. Bahkan sampai mencoba memenuhi keperluan nasabah dalam menjalankan fungsi dan tanggungjawab sosial mereka terhadap keluarga dan lingkungan masing-masing.

Strategi hubungan antara BNI dengan nasabahnya dapat meningkatkan nilai lebih terhadap nasabah sekaligus memungkinkan ruang gerak BNI terus selaras dengan perkembangan nilai budaya, pengetahuan, serta teknologi komunikasi dan informasi.

Perubahan orientasi dari product sentric ke customer centric akan mengubah cara berpikir  yang semula berpola divergen: “Berapa banyak penggunaan dari suatu produk,” menjadi berpola konvergen: “Paket kombinasi produk apa yang terbaik bagi seorang nasabah.” Ini akan meningkatkan kepercayaan sekaligus loyalitas nasabah terhadap BNI.  Dampaknya meluas, dari tahun ke tahun  kinerja BNI terus meningkat, investasi unggul dari investor yang disertai keuntungan juga terus bertumbuh.  Berdasarkan data, coverage ratio BNI sangat stabil. Dari kondisi ideal 100 persen, BNI sanggup menjaga konsistensi capaiannya selalu di atas 100 persen sejak tahun 2008 hingga sekarang.

Contoh nyata lainnya dari pergeseran product sentric ke customer centric juga bisa dilihat dari bagaimana BNI menjadi bank pertama yang menjadi pemberi layanan jasa penitipan dan pengelolaan aset (trustee) untuk industri migas di Indonesia.

BNI juga satu-satunya bank di Indonesia yang terhubung langsung dengan sistem pelayanan penerimaan negara terpadu melalui Modul Penerimaan Negara (MPN) valuta asing/valas. Lewat layanan MPN valas ini, BNI semakin dalam dan luas jaringan bisnisnya. Kepercayaan pemerintah kepada BNI untuk layanan transaksi setoran penerimaan negara valas tersebut adalah bukti bahwa kinerja BNI terus meningkat secara positif.

BNI juga merupakan satu-satunya bank asal Indonesia yang mempunyai ATM di luar negeri dan memperoleh izin mendirikan ATM di luar lokasi kantor cabang.

Proses transformasi yang menciptakan budaya perusahaan yang unggul di dalam BNI juga termasuk prestasi yang patut dicermati. Budaya birokrat yang linier dan penuh dengan kelemahan diganti dengan budaya korporat yang berorientasi terhadap kemajuan perusahaan. BNI memberlakukan Anti Fraud System (AFS) yang menurunkan praktik penipuan dan kecurangan secara menyeluruh. Tak hanya itu, BNI juga menginisiasi Whistle Blowing System (WBS) secara terpadu untuk menjaga integritas dan transparansi di segenap insan BNI. Satuan Pengawas Internal (SPI) juga bekerja secara cermat, efektif, dan teliti dengan berpegang pada prosedur yang ditetapkan. Manajemen risiko juga senantiasa dipegang teguh dengan berdasar pada regulasi yang berlaku. BNI berhasil memberikan ruh tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) ke setiap elemen perusahaan.

BNI juga bank pertama yang mengubah konsep Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi Corporate Community Responbility (CCR) dengan menggagas pemberdayaan ekonomi komunitas usaha bersegmen produksi khusus yang ternaungi dalam Kampoeng BNI. Kampoeng BNI tersebar di berbagai daerah dengan pengembangan berbagai potensi ekonomi, mulai dari nelayan, petani, hingga pengrajin. Lewat program ini,  BNI turut andil dalam pengembangan kearifan dan kecerdasan lokal serta mengangkat kekayaan budaya Indonesia ke pentas dunia. Hingga kini, tercatat sudah terdapat 27 Kampoeng BNI yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara. Dari Kampoeng BNI Perikanan di Madura hinggga Kampoeng BNI Sutera Sengkang di Sulawesi Selatan. Dari  Kampung BNI Tenun Ikat  Sumba di Waingapu hingga Kampung BNI Batik Tulis Lasem di Rembang.

Terus Melangkah

BNI, Sang Gajah yang menjadi pelopor dari pelayanan perbankan di negeri ini tentunya tak hendak menjadikan transformasi sebagai sekadar perjalanan singkat. Aneka penghargaan yang diberikan oleh berbagai lembaga nasional dan internasional, serta harga saham yang terus meningkat dan laba perusahaan yang terus bertambah, hendaknya tidak membuat terlena. Transformasi BNI diharapkan terus merespon dan mengadaptasi perubahan dan perkembangan di setiap era. Sang Gajah akan terus melangkah, menggurat prestasi, bergerak memberikan manfaat kepada pemerintah, investor, nasabah, seluruh insan BNI, dan masyarakat.

==============================================================

*Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog BNI 2015 dengan mengambil topik  “Prestasi BNI”.