Gambar diambil dari sini |
Jika ada
sebuah bank yang begitu lekat dengan semangat kebangsaan di negeri ini, maka
kita sedang membicarakan Bank Negara Indonesia (BNI). Hari itu, belum genap
setahun Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya—tepatnya pada 5 Juli 1946,
pemerintah mendirikan sebuah bank pertama di republik ini bersamaan dengan
serangkaian persiapan oleh Poesat Bank
Indonesia. Bank ini dinamai Bank Negara Indonesia (BNI) yang tanggal
berdirinya lantas dipakai untuk memperingati Hari Bank di negeri ini sampai sekarang.
Berdiri
atas dasar Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No 2/1946 dan
diresmikan pada ulang tahun pertama proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,
BNI hanya bermodal sepuluh juta rupiah dan diberlakukan sebagai bank sentral
atau bank sirkulasi, sekaligus bank umum. Namun niatan menjadikan BNI sebagai
bank sentral terhambat situasi negara yang saat itu belum cukup kondusif.
Setelah Indonesia benar-benar diakui kedaulatan dan kemerdekaannya, pemerintah
lantas mengubah haluan dengan menjadikan Javasche
Bank yang sudah beraparatur lengkap menjadi bank sirkulasi, sekaligus
mengubah namanya menjadi Bank Indonesia. BNI lantas ditetapkan bank umum sesuai
Undang Undang Darurat No. 2 tahun 1955 tentang Bank Negara Indonesia.
Ditetapkan
sebagai bank umum justru meneguhkan peran BNI kala itu sebagai pemberi akses
terhadap modal dan pasar kepada pengusaha nasional. BNI semakin fokus pada
segala bidang perekonomian bangsa, terutama bidang perindustrian, perdagangan,
dan pertanian. Tak hanya itu, BNI yang baru lahir membuka hubungan koresponden
dengan berbagai bank di luar negeri, mulai dari Overseas Chinese Banking Corporation Limited di Singapura dan
Hongkong, Amsterdamsche Bank NV di
Amsterdam, dan Banker Trust Company
di New York. BNI bahkan melebarkan sayap dengan menjadi bank pemerintah pertama
mempunyai kantor cabang di luar negeri setelah mendirikan Kantor Cabang
Singapura di akhir tahun 1955. Uniknya, bahkan saat itu negara Singapura belum
benar-benar terbentuk karena masih menjadi bagian dari Malaysia.
Maka melihat
BNI dari sisi historis berarti mengamini
bahwa BNI adalah bagian yang tak terpisah dari semangat kebangsaan. Yang
menjadi pertanyaan, bagaimana capaian BNI sekarang seiring dengan perkembangan
jaman dengan mengingat posisi BNI adalah bank pewaris—sekaligus pelaku—sejarah
yang turut berandil penting dalam peletakan fondasi ekonomi di negeri ini?
Transformasi adalah Kunci
Di
tahun 2011, Forum Humas BUMN menggelar Anugerah
BUMN yang menyoroti proses inovasi BUMN dari berbagai sisi. Di ajang itu,
BNI berhasil terpilih menjadi Best of The
Best-Anugerah BUMN-Inovasi. BNI menjadi yang terbaik dari yang terbaik
karena unggul untuk tiga kategori, yaitu: Manajemen, Pemasaran, dan Program
Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL).
Dewan
Juri melihat bahwa keberhasilan BNI tidak lepas dari kemampuan menyelaraskan
aksi perubahan dengan cara melakukan transformasi untuk menimbulkan perubahan
mendasar, yakni perubahan nilai di seluruh aspek korporasi. Dengan transformasi
yang dilakukan, BNI menggeser kultur birokrat menjadi kultur korporat dan mengubah
model bisnis dari yang semula berorientasi pada produk menjadi berorientasi
kepada pelanggan.
Menyoal
transformasi ini, terdapat filosofi unik yang mendasari proses perubahan yang
terjadi di tubuh BNI. Direktur Utama BNI, Gatot.M. Suwondo, mengatakan bahwa transformasi
yang dilakukan oleh segenap jajaran BNI tak ubahnya ibarat mengeksplorasi gajah
cerdas. Kata beliau, “Kami gunakan seluruh kemampuan energi yang dimiliki bank
besar ini secara optimum, seperti menggunakan tenaga gajah.”
Gajah,
hewan cerdas yang bertubuh besar dipilih sebagai maskot transformasi yang
dilakukan. Mengapa bukan hewan lain, elang misalnya? Gatot menjawab dengan
bijak, “Terlalu berdarah-darah.” Katanya, elang memang melakukan transformasi
revolusioner dan ekstrim, namun itu tidak cocok untuk BNI. Lebih jauh lagi, pada
usia tertentu, elang bisa kehilangan pesona dan kemampuannya dengan begitu
cepat. Paruhnya bisa menumpul, kukunya lemah untuk menggenggam ranting, insting
memburu mangsanya bisa menurun drastis. Berbeda dengan karakter gajah yang
penuh kekuatan sekaligus cerdas, penuh ketenangan dalam bersikap, jeli beradaptasi,
sekaligus cermat melihat kondisi sekitar.
Pilihan
transformasi yang ibarat mengeksplorasi gajah cerdas ini diawali dari
perencanaan tentang kekuatan, peluang, dan tantangan yang dimiliki oleh sang
gajah itu sendiri. Artinya, dalam proses transformasi BNI harus jelas dalam
bagaimana cara mengeksplorasi potensi berikut energinya, serta menempatkan
fungsinya secara tepat dalam lanskap industri jasa keuangan dan perbankan
global di masa depan.
Jangkauan
penglihatan sang gajah itu semakin terlihat jelas ketika diekstrak menjadi visi
BNI, yaitu: Unggul, Terkemuka, Terdepan.
Unggul artinya BNI dikelola oleh para
insan profesional yang cakap sehingga mampu membawa BNI untuk mempunyai daya
saing yang baik. Terkemuka artinya
BNI adalah bank yang selalu mampu mengelola inspirasi, inovasi, dan
kreativitas. Terdepan artinya BNI
adalah bank yang mampu menjadi pelopor dalam membangun kualitas kinerja dan
layanan perbankan.
Salah
satu wujud pengejahwantaan visi itu adalah perubahan orientasi bisnis dari yang
berorientasi produk menjadi lebih berorientasi kepada konsumen. Hal ini
mengubah strategi hubungan bank dengan nasabahnya dari public relationship menjadi people
relationship. Ini menjadi penting karena pencapaian kepuasan nasabah tak
berhenti hanya pada saat petugas bank mampu memenuhi apa yang diinginkan
nasabah, tapi juga memenuhi apa yang diperlukan oleh nasabah. Dengan cara ini,
BNI memfasilitasi dan mengintermediasi kebutuhan tingkat lanjut nasabahnya
terkait gaya hidup, harapan hidup dan tujuan hidup mereka. Bahkan sampai
mencoba memenuhi keperluan nasabah dalam menjalankan fungsi dan tanggungjawab
sosial mereka terhadap keluarga dan lingkungan masing-masing.
Strategi
hubungan antara BNI dengan nasabahnya dapat meningkatkan nilai lebih terhadap
nasabah sekaligus memungkinkan ruang gerak BNI terus selaras dengan
perkembangan nilai budaya, pengetahuan, serta teknologi komunikasi dan
informasi.
Perubahan
orientasi dari product sentric ke customer centric akan mengubah cara
berpikir yang semula berpola divergen: “Berapa banyak penggunaan dari suatu
produk,” menjadi berpola konvergen: “Paket
kombinasi produk apa yang terbaik bagi seorang nasabah.” Ini akan
meningkatkan kepercayaan sekaligus loyalitas nasabah terhadap BNI. Dampaknya meluas, dari tahun ke tahun kinerja BNI terus meningkat, investasi unggul
dari investor yang disertai keuntungan juga terus bertumbuh. Berdasarkan data, coverage ratio BNI sangat stabil. Dari kondisi ideal 100 persen,
BNI sanggup menjaga konsistensi capaiannya selalu di atas 100 persen sejak
tahun 2008 hingga sekarang.
Contoh
nyata lainnya dari pergeseran product
sentric ke customer centric juga bisa
dilihat dari bagaimana BNI menjadi bank pertama yang menjadi pemberi layanan
jasa penitipan dan pengelolaan aset (trustee)
untuk industri migas di Indonesia.
BNI
juga satu-satunya bank di Indonesia yang terhubung langsung dengan sistem
pelayanan penerimaan negara terpadu melalui Modul Penerimaan Negara (MPN)
valuta asing/valas. Lewat layanan MPN valas ini, BNI semakin dalam dan luas
jaringan bisnisnya. Kepercayaan pemerintah kepada BNI untuk layanan transaksi
setoran penerimaan negara valas tersebut adalah bukti bahwa kinerja BNI terus
meningkat secara positif.
BNI
juga merupakan satu-satunya bank asal Indonesia yang mempunyai ATM di luar
negeri dan memperoleh izin mendirikan ATM di luar lokasi kantor cabang.
Proses
transformasi yang menciptakan budaya perusahaan yang unggul di dalam BNI juga
termasuk prestasi yang patut dicermati. Budaya birokrat yang linier dan penuh
dengan kelemahan diganti dengan budaya korporat yang berorientasi terhadap
kemajuan perusahaan. BNI memberlakukan Anti
Fraud System (AFS) yang menurunkan praktik penipuan dan kecurangan secara
menyeluruh. Tak hanya itu, BNI juga menginisiasi Whistle Blowing System (WBS) secara terpadu untuk menjaga
integritas dan transparansi di segenap insan BNI. Satuan Pengawas Internal
(SPI) juga bekerja secara cermat, efektif, dan teliti dengan berpegang pada
prosedur yang ditetapkan. Manajemen risiko juga senantiasa dipegang teguh
dengan berdasar pada regulasi yang berlaku. BNI berhasil memberikan ruh tata
kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate
Governance (GCG) ke setiap elemen perusahaan.
BNI
juga bank pertama yang mengubah konsep Corporate
Social Responsibility (CSR) menjadi Corporate
Community Responbility (CCR) dengan menggagas pemberdayaan ekonomi komunitas
usaha bersegmen produksi khusus yang ternaungi dalam Kampoeng BNI. Kampoeng BNI
tersebar di berbagai daerah dengan pengembangan berbagai potensi ekonomi, mulai
dari nelayan, petani, hingga pengrajin. Lewat program ini, BNI turut andil dalam pengembangan kearifan
dan kecerdasan lokal serta mengangkat kekayaan budaya Indonesia ke pentas
dunia. Hingga kini, tercatat sudah terdapat 27 Kampoeng BNI yang tersebar di
seluruh penjuru Nusantara. Dari Kampoeng BNI Perikanan di Madura hinggga
Kampoeng BNI Sutera Sengkang di Sulawesi Selatan. Dari Kampung BNI Tenun Ikat Sumba di Waingapu hingga Kampung BNI Batik
Tulis Lasem di Rembang.
Terus Melangkah
BNI,
Sang Gajah yang menjadi pelopor dari pelayanan perbankan di negeri ini tentunya
tak hendak menjadikan transformasi sebagai sekadar perjalanan singkat. Aneka
penghargaan yang diberikan oleh berbagai lembaga nasional dan internasional,
serta harga saham yang terus meningkat dan laba perusahaan yang terus
bertambah, hendaknya tidak membuat terlena. Transformasi BNI diharapkan terus
merespon dan mengadaptasi perubahan dan perkembangan di setiap era. Sang Gajah
akan terus melangkah, menggurat prestasi, bergerak memberikan manfaat kepada pemerintah,
investor, nasabah, seluruh insan BNI, dan masyarakat.
==============================================================
*Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba
Blog BNI 2015 dengan mengambil topik “Prestasi BNI”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar