Senin, 31 Oktober 2016

Spion dan Pemakluman



 

Beberapa hari yang lalu, ada hal menarik  di linimasa salah satu media sosial yang saya gunakan. Beberapa kawan saling menguak borok digital masing-masing. Maksud saya, mereka saling mengorek ekspresi tertulis di dinding akun media sosial masing-masing—secara lebih tepat disebut dengan status.

Kawan-kawan saya itu, ada yang memang saya kenal baik, meskipun banyak  pula yang  tak pernah saya temui secara  langsung. Hampir semua dari mereka sekarang adalah penulis yang jempolan, menggawangi portal-portal media daring  yang kontennya yahud, atau setidaknya mereka adalah pegiat di dunia baca-tulis. Dengan melihat  posisi mereka sekarang, maka  ekspresi-ekspresi tertulis yang pernah mereka catat di dinding akun mereka beberapa tahun silam adalah artefak sekaligus aib yang menggelikan. Mereka saling membongkar arsip-arsip lawas di akun kawan yang lain, lalu bila didapati hal yang terkesan lucu, naif, konyol, mereka sebarkan ulang di dinding akun yang sekarang, lalu ditertawakan bersama-sama. Aktivitas saling buka borok digital ini begitu riuh, berseliweran di linimasa, dan membuat saya ikut tersenyum sekaligus kadang tertawa terbahak-bahak.