Kepada: Rizki Andriani
Tak ada yang lebih mengerikan
bagi manusia selain keterasingan. Dan barangkali kita mengalaminya kini.
Malam demi malam, dunia seakan kita pindahkan pelan-pelan
dengan memencet tombol pengingat bernama masa lalu. Berkali-kali. Berulang-ulang. Yang tersisa hanya kita yang tersekat oleh bayangan sendiri-sendiri.
Malam ini nyaris sampai di ujung.
Kata-kata menggantung. Aku masih berpijak pada tanah yang basah oleh nyanyian hujan. Bercampur suara parau yang berteriak di bilik-bilik surau. Hampir subuh. Dan angin semakin dingin, berbisik soal keraguan.
Jika memang masa lalu terlampau
suram oleh gelap dan masa depan terlalu silau terang, maka biarlah aku
menawarkan masa sekarang yang remang.
Masa kini yang teduh oleh upaya saling memaafkan. Toh, kita masih tetap
bisa saling bergandeng tangan.
Hidup yang indah adalah hidup
yang penuh paradoks, mungkin. Semisal perkara yang harus kau ingat, bahwa
kebahagiaan terkadang hadir saat kita lalai mengingat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar