Dulu, dalam suatu kesempatan, saya pernah berbincang dengan
seorang kawan. Waktu itu, kami sedang membahas soal kasus gawat darurat jantung
yang kami jumpai di sebuah rumah sakit. Saya lalu bertanya tentang bagaimana
seharusnya prosedur tetap (protap) penanganan kasus yang kami jumpai itu. Kawan saya tidak
menjawab pertanyaan saya.
“Orang seperti kamu adalah orang yang berbahaya,” ujar kawan
saya.
“Kenapa?” saya balas bertanya.
“Kamu orang yang selalu haus. Kamu hanya pura-pura,” kata
kawan saya.
Kondisi saya waktu itu memang tidak mengetahui apa yang saya
saya tanyakan. Tapi kawan saya menganggap saya hanya sekadar pura-pura tidak
tahu, agar saya mendapatkan masukan informasi lebih banyak. Oleh karena itu,
dia menganggap saya adalah orang yang berbahaya. Karena baginya, saya adalah
orang yang “rakus”. Padahal saya memang benar-benar tidak tahu apa yang saya
tanyakan.
Namun saya akhirnya meyadari, bahwa tak jadi soal apa yang
menjadi asumsi kawan saya. Karena mulai saat itu, saya belajar satu hal yang
penting: jika ingin menikmati minum
anggur, kosongkan dulu gelasnya.
Saya percaya bahwa sifat ilmu mirip dengan sifat air. Ia
hanya akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Dari hati
yang tinggi menuju hati yang rendah. Dan sebagaimana air, ia akan menempati
gelasnya sendiri-sendiri. Anggur yang mahal dan berkelas, tetap bisa menempati
gelas dari kayu sekalipun. Syarat pertama, gelas itu harus lebih rendah
posisinya dari anggur yang dituang. Dan syarat kedua, gelas itu harus kosong.
Gelas mahal dari emas sekalipun, bila ia tidak kosong dan posisinya lebih tinggi
dari posisi anggur, tidak akan bisa menampung
anggur dengan baik.
Saya lantas teringat sebuah lakon wayang yang berjudul Dewa Ruci. Di lakon itu, dikisahkan
Bima, ksatria Pandawa yang dikenal paling susah mengendalikan diri itu,
diharuskan menjalani sebuah perjalanan spiritual. Perjalanan itu sendiri pada
akhirnya berhasil membuat Bima menemukan “tuhan”. Keberhasilan Bima ini karena
ksatria yang konon tidak pernah duduk kecuali di hadapan ibunya itu lebih
mengedepankan ketidaktahuannya dalam menghadapi perjalanannya. Bukan
mengedepankan pengetahuannya.
Tuhan berhasil Bima temukan dengan mengeksplorasi
kebodohan-kebodohannya sendiri. Semakin manusia tidak mengerti, semakin ia
menemukan keagungan Tuhan. Kira-kira begitu pesan dari lakon Dewa Ruci. Sebagai lambang hikmah yang
ia temukan dari perjalanannya, Bima mengenakan gelung (mahkota) yang diberi nama Minangkara. Gelung ini bentuknya
kecil di bagian depan dan besar di
bagian belakang kepala. Itu sebagai simbol, bahwa Bima tidak boleh merasa
sombong dan tahu segalanya. Justru sebaliknya, ia harus terus merasa bodoh, “menyembunyikan”
pengetahuannya di belakang, dan mengedepankan ketidakmengertiannya. Jangan
memenuhi gelas terlebih dahulu saat menuntut ilmu.
Stay hungry, stay
foolish adalah motto
milik Steve Jobs, sosok jenius di balik perusahaan teknologi komputer Apple. Motto itu semakin terasa efek
dramatisnya karena diucapkan Jobs beberapa waktu sebelum ia meninggal dunia.
Motto itu seakan menjadi sebuah wasiat Jobs kepada “umat”-nya.
Produk-produk Apple memang sesuai dengan motto Jobs tadi.
Produk-produk Apple selalu gigih berinovasi dan mencari terobosan. Selalu
merasa “lapar” mencari cara dalam upaya mereka mencapai teknologi komputer dan
multimedia yang terus berkembang memenuhi tuntuan kemauan manusia. Produk Apple juga dikenal dengan
kesederhanaannya. Simple dan elegan. Bukan produk yang genit memoles tampilan.
Tapi produk yang terus mendesain fungsi. Sebagaimana Jobs imani bahwa inti
desain bukanlah persoalan estetika, tapi persoalan bagaimana memenuhi fungsi
sesuai kebutuhan.
Manusia adalah makhluk yang dituntut terus melakukan
penyesuaian-penyesuaian dengan sekitarnya. Terus belajar. Manusia adalah
makhluk pembelajar. Homo Ludens. Artinya
proses belajar berlangsung terus menerus.
Dan kita harus sering mengosongkan gelas kita.
Kata petuah jawa, urip
mung numpang ngombe. Hidup hanyalah menumpang minum. Jika memang demikian,
mari menikmati apa yang kita minum setiap hari. Dan itu hanya bisa kita lakukan
dengan sering mengosongkan gelas.
Mari bersulang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar