Senin, 18 Juni 2018

Catatan Piala Dunia (Jerman vs Meksiko): Sombrero Gulung Petahana




Joachiem Loew meracik formasi 4-2-3-1 saat menghadapi Meksiko di laga perdana grup F di stadion Luzhniki. Ia  memasang Timo Werner di ujung tombak dengan topangan Mezut Ozil, Julian Draxler, dan Sang Penafsir Ruang, Thomas Muller. Toni Kroos menjaga keseimbangan lapangan tengah dan Khedira sebagai gelandang bertahan. Lini belakang Jerman dikuasai 2 besar tim Bundesliga. Boateng menjadi poros belakang bersama Hummels, dengan Plattenheardt di sebelah kiri dan suksesor Philip Lahm, Joshua Kimmich, di sebelah kanan. Di bawah mistar, Neuer menjadi pilihan sebagai skipper keeper.

Meksiko di bawah asuhan Juan Carlos Osorio memilih meladeni Jerman dengan skema 4-3-3 dengan menempatkan Chicarito sebagai ujung tombak. Mantan pemain Arsenal, Carlos Vela menyokongnya di belakang dan didampingi pemain belia yang gesit, Hirving Lozano.

Jerman yang dikenal sebagai tim yang kerap terlambat panas mengawali laga dengan skema serangan yang patah-patah. Sebaliknya, lambatnya mesin Jerman untuk panas dibalas Meksiko dengan permainan yang mengagetkan. Meksiko memilih melakukan permainan cepat dan pressing ketat. Transisi antar lini juga ciamik. Dengan gaya itu, Meksiko dalam 15 menit pertama melakukan beberapa serangan balik mencuri kelengahan barisan belakang Jerman.

Jerman yang bermain terbuka, meninggalkan banyak celah yang disusupi pemain-pemain  Meksiko. Boateng dan Hummels tidak bermain blend sebagai dua poros, sedang Plattenheardt seperti demam panggung. Loew mengintruksikan Kimmich sebagai pemain yang membangun serangan Jerman dari lini belakang. Alhasil,dia harus lebih banyak menyentuh bola. Justru dari sinilah Jerman membangun petakanya sendiri. Joshua Kimmich terlalu sering overlapping yang tidak diimbangi dengan disiplin untuk kembali ke posisinya. Lubang pertahanan menganga lebar di sisi kanan. Kimmich melakukan manuver “Jurus Tandur” yang diakronim dari ungkapan “Maju Terus Tanpa Mundur”.

Meksiko yang bermain disiplin dan militan membaca kekacauan lini belakang Jerman. Lewat sebuah serangan balik yang cepat, mereka mencetak gol di menit 35. Serangan Jerman yang patah, langsung dibalas dengan umpan panjang ke barisan depan Meksiko. Setelah menerima umpan, Javier Chicarito Hernandez memberi umpan kepada Hirving Luzano. Dengan cerdik, Luzano mengecoh Mezut Ozil sebelum menendang bola dengan keras yang tidak berhasil diantisipasi Manuel Neuer.

Menariknya, dari mematahkan serangan Jerman, membangun serangan balik yang akhirnya disudahi dengan bobolnya gawang Jerman, Meksiko hanya membutuhkan waktu 13 detik. Lebih menarik lagi, serangan balik itu tidak diantisipasi dengan baik oleh pertahanan Jerman. Luzano mengahadapi Ozil sebagai orang terakhir, sementara Toni Kroos mengejarnya dari belakang. Tidak ada Hummels dan Boateng. Joshua Kimmich entah ke mana saat Luzano mencetak gol dari sisi kanan Jerman. Meksiko unggul 1-0 atas Jerman sampai babak pertama usai.

Joachim Loew mencoba mengubah strategi di babak kedua. Jerman bagaimanapun harus menang. Loew mengganti formasi 4-2-3-1 menjadi 4-3-3. Khedira dia keluarkan untuk diganti dengan Marco Reus. Artinya, panser akan terus menyerang. Menit 70-an bahkan Loew menarik Platterheardt yang bermain tidak impresif  di bek kiri untuk digantikan striker gaek, Mario Gomes.

Gemilangnya Ochoa di bawah mistar Meksiko menggagalkan gelontoran serangan tim Panser. Sombrero juga tidak kehilangan fokus. Mereka masih sempat menekan Jerman lewat serangan balik berbahaya memanfaatkan hilangnya keseimbangan lini tengah Jerman karena praktis hanya Toni Kroos yang bekerja di sana. Khedira yang ditarik keluar memang bermain buruk karena pergerakannya kerap lambat, terlebih saat diharuskan covering posisi Kimmich yang sering keasyikan overlapping.

 Satu-satunya pemain Jerman yang bermain bagus adalah Toni Kroos. Tercatat, 5 kali ia melakukan tembakan berbahaya yang mengancam gawang Meksiko. Bila Ochoa tidak segemilang semalam,  Jerman bisa unggul setidaknya 2 gol berkat Toni Kroos. Mesut Ozil bermain tidak jelas. Operannya tidak semenakutkan tatapan matanya.

Pemain-pemain Jerman justru frustasi mengahadapi baiknya permainan Meksiko. Sang Penafsir Ruang, Thomas Muller, tak menemukan ruang kreasi yang optimal. Ia bahkan diganjar kartu kuning jelang akhir laga karena pelanggaran kerasnya. Nasib serupa dialami kompatriotnya, Mark Hummels.
 
Laga menarik ini dipimpin oleh wasit asal Iran, Alireza Faghani, yang musim lalu berkiprah di Liga I Indonesia. Ia juga pernah memimpin laga Piala Presiden di tahun 2009. Ia mengeluarkan empat kartu kuning untuk laga ini.

Pertandingan ini berakhir dengan kemenangan 1-0 untuk Meksiko. Masih ada Swedia dan Korea Selatan. Kedua tim beda kontinental ini bukan tidak mungkin akan mengejutkan Jerman sebagaimana yang sudah Meksiko lakukan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar