Joachiem Loew meracik formasi 4-2-3-1 saat menghadapi Meksiko
di laga perdana grup F di stadion Luzhniki. Ia memasang Timo Werner di ujung tombak dengan topangan Mezut Ozil, Julian Draxler, dan
Sang Penafsir Ruang, Thomas Muller. Toni Kroos menjaga keseimbangan lapangan
tengah dan Khedira sebagai gelandang bertahan. Lini belakang Jerman dikuasai 2
besar tim Bundesliga. Boateng menjadi poros belakang bersama Hummels, dengan
Plattenheardt di sebelah kiri dan suksesor Philip Lahm, Joshua Kimmich, di
sebelah kanan. Di bawah mistar, Neuer menjadi pilihan sebagai skipper keeper.
Meksiko di bawah asuhan Juan Carlos Osorio memilih meladeni
Jerman dengan skema 4-3-3 dengan menempatkan Chicarito sebagai ujung tombak.
Mantan pemain Arsenal, Carlos Vela menyokongnya di belakang dan didampingi
pemain belia yang gesit, Hirving Lozano.
Jerman yang dikenal sebagai tim yang kerap terlambat panas
mengawali laga dengan skema serangan yang patah-patah. Sebaliknya, lambatnya
mesin Jerman untuk panas dibalas Meksiko dengan permainan yang mengagetkan.
Meksiko memilih melakukan permainan cepat dan pressing ketat. Transisi antar lini juga ciamik. Dengan gaya itu,
Meksiko dalam 15 menit pertama melakukan beberapa serangan balik mencuri
kelengahan barisan belakang Jerman.
Jerman yang bermain terbuka, meninggalkan banyak celah yang
disusupi pemain-pemain Meksiko. Boateng
dan Hummels tidak bermain blend sebagai dua poros, sedang Plattenheardt seperti
demam panggung. Loew mengintruksikan Kimmich sebagai pemain yang membangun
serangan Jerman dari lini belakang. Alhasil,dia harus lebih banyak menyentuh
bola. Justru dari sinilah Jerman membangun petakanya sendiri. Joshua Kimmich
terlalu sering overlapping yang tidak
diimbangi dengan disiplin untuk kembali ke posisinya. Lubang pertahanan
menganga lebar di sisi kanan. Kimmich melakukan manuver “Jurus Tandur” yang
diakronim dari ungkapan “Maju Terus Tanpa Mundur”.
Meksiko yang bermain disiplin dan militan membaca kekacauan
lini belakang Jerman. Lewat sebuah serangan balik yang cepat, mereka mencetak
gol di menit 35. Serangan Jerman yang patah, langsung dibalas dengan umpan
panjang ke barisan depan Meksiko. Setelah menerima umpan, Javier Chicarito
Hernandez memberi umpan kepada Hirving Luzano. Dengan cerdik, Luzano mengecoh
Mezut Ozil sebelum menendang bola dengan keras yang tidak berhasil diantisipasi
Manuel Neuer.
Menariknya, dari mematahkan serangan Jerman, membangun
serangan balik yang akhirnya disudahi dengan bobolnya gawang Jerman, Meksiko
hanya membutuhkan waktu 13 detik. Lebih menarik lagi, serangan balik itu tidak
diantisipasi dengan baik oleh pertahanan Jerman. Luzano mengahadapi Ozil
sebagai orang terakhir, sementara Toni Kroos mengejarnya dari belakang. Tidak
ada Hummels dan Boateng. Joshua Kimmich entah ke mana saat Luzano mencetak gol
dari sisi kanan Jerman. Meksiko unggul 1-0 atas Jerman sampai babak pertama
usai.
Joachim Loew mencoba mengubah strategi di babak kedua. Jerman
bagaimanapun harus menang. Loew mengganti formasi 4-2-3-1 menjadi 4-3-3.
Khedira dia keluarkan untuk diganti dengan Marco Reus. Artinya, panser akan
terus menyerang. Menit 70-an bahkan Loew menarik Platterheardt yang bermain tidak
impresif di bek kiri untuk digantikan
striker gaek, Mario Gomes.
Gemilangnya Ochoa di bawah mistar Meksiko menggagalkan
gelontoran serangan tim Panser. Sombrero juga tidak kehilangan fokus. Mereka
masih sempat menekan Jerman lewat serangan balik berbahaya memanfaatkan
hilangnya keseimbangan lini tengah Jerman karena praktis hanya Toni Kroos yang
bekerja di sana. Khedira yang ditarik keluar memang bermain buruk karena
pergerakannya kerap lambat, terlebih saat diharuskan covering posisi Kimmich yang sering keasyikan overlapping.
Satu-satunya pemain
Jerman yang bermain bagus adalah Toni Kroos. Tercatat, 5 kali ia melakukan
tembakan berbahaya yang mengancam gawang Meksiko. Bila Ochoa tidak segemilang
semalam, Jerman bisa unggul setidaknya 2
gol berkat Toni Kroos. Mesut Ozil bermain tidak jelas. Operannya tidak
semenakutkan tatapan matanya.
Pemain-pemain Jerman justru frustasi mengahadapi baiknya
permainan Meksiko. Sang Penafsir Ruang, Thomas Muller, tak menemukan ruang
kreasi yang optimal. Ia bahkan diganjar kartu kuning jelang akhir laga karena
pelanggaran kerasnya. Nasib serupa dialami kompatriotnya, Mark Hummels.
Laga menarik ini dipimpin oleh wasit asal Iran, Alireza
Faghani, yang musim lalu berkiprah di Liga I Indonesia. Ia juga pernah memimpin
laga Piala Presiden di tahun 2009. Ia mengeluarkan empat kartu kuning untuk
laga ini.
Pertandingan ini berakhir dengan kemenangan 1-0 untuk
Meksiko. Masih ada Swedia dan Korea Selatan. Kedua tim beda kontinental ini
bukan tidak mungkin akan mengejutkan Jerman sebagaimana yang sudah Meksiko lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar