Argentina menghadapi Kroasia di Nizhny Novograd Stadium
dengan asa menjulang untuk membuka peluang lebar lolos ke babak 16 besar. Lionel
Messi, yang gagal mencetak gol dari berbagai cara saat melawan Islandia menjadi
pemain yang mengusung beban paling berat. Sang kapten Albiceleste menjadi sorotan media karena penampilannya yang tak
memuaskan di laga sebelumnya. Sedang rival abadinya, Cristiano Ronaldo,
semakin membuat catatan bagus karena
bercokol di pemuncak daftar pencetak gol terbanyak sementara dengan torehan 4
gol, usai menambah tabungan gol dari gol
cepat yang ia cetak kala melawan Maroko.
Beberapa kali wajah Messi yang tertangkap sorot kamera,
terlihat murung. Ia tidak tersenyum sama sekali. Di beberapa momen, dahinya
lebih sering mengernyit. Ia juga beberapa kali mengurut keningnya. Bahasa tubuh
untuk sebuah pikiran yang kalut dan dilanda stres yang berat.
Kegelisahan Messi bisa jadi karena ia gamang tentang peluang Argentina
mengalahkan Kroasia. Sebab Kroasia membuka pertandingan dengan mengusung starting eleven yang mumpuni. Kedalaman
skuat Kroasia yang diasuh oleh Zlatko Dalic relatif merata dengan beberapa
catatan pemain istimewa di lini tengah dan depan. Mayoritas mereka adalah
pemain sarat pengalaman yang berkiprah di liga elit Eropa. Kroasia hadir dengan
skema 4-2-3-1. Mandzukic diplot sebagai striker utama, dengan kreasi Luka
Modric di belakangnya. Dua pemain cepat yakni Ante Rebic dan Perisic disiapkan
untuk mengiris sisi kanan dan kiri pertahanan Tim Tango. Rakitic menjadi pemain
yang menjaga keseimbangan lini dan Brozovic menjadi pemain pertama yang mengemban tugas memutus serangan
Argentina. Sebagai catatan, pemain Inter Milan ini juga mendapat misi khusus
untuk menempel sang megabintang, Lionel Messi.
Sementara pelatih Argentina, Jorge Sampaoli, mengusung skuat
dengan formasi 3-4-3 dengan komposisi pemain starter yang agak aneh dan di luar dugaan banyak orang. Ia memasang
beberapa nama minim pengalaman dan jam tanding serta memilih mencadangkan
beberapa nama dengan reputasi dan sarat pengalaman semacam Di Maria, Pavon,
Marcos Rojo, Banega, Dybala, Higuain. Sampaoli lebih memilih Taglificio,
Otamendi, dan Mercado di sektor pertahanan. Sementara lini tengah diserahkan
Acuna, Salvio, Enzo Perez dan Mascherano. Di depan, Messi ditemani Kun Aguero
dan Maximilano Meza.
Pertandingan babak pertama tidak berlangsung dengan tempo
yang cepat, kendati kedua tim beberapa kali berbalas serangan. Kroasia mengirim
sinyal bahaya ke pertahanan Argentina melalui kreativitas Modric-Rakitic,
kecepatan Perisic dan kecerdasan penempatan ruang oleh Mandzukic. Beberapa kali
menyerang, Kroasia belum berhasil mengoyak gawang Argentina yang dijaga Caballero.
Argentina bermain kacau di semua lini. Tiga bek mereka sering
kocar-kacir dan beberapa kali melakukan passing sembrono di area berbahaya.
Lini tengah juga kacau. Salvio bermain tidak jelas dan berlari kesana-kemari
seperti ayam kehilangan induk. Acuna yang di sisi kiri masih kalah bagus
dibanding Okto Maniani, eks timnas Indonesia, dengan gaya bermain doyan berlari
cepat dengan bola tapi tidak bisa menggocek, dan umpan silang yang lembek. Enzo
Perez setali tiga uang. Pemain ini masih demam panggung, hingga sebuah peluang
emas di depan gawang Kroasia yang sudah menganga lebar tak juga berbuah gol.
Mascherano juga mendapat sorotan khusus karena peran yang
didapuk Sampoli kepadanya. Ia ditugaskan menjadi pembangun serangan Argentina!
Seorang Mascherano yang bertipe petarung dan cenderung perusak, ditugasi
menjadi pembangun serangan di laga segenting itu. Mascherano adalah pemain baik (well, dia sekarang berkarir di Liga China), tapi memilih visinya sebagai perintis
serangan Argentina adalah ide buruk kalau enggan disebut konyol. Ayolah, dia
bukan Sergio Busquet.
Maximillano Meza juga entah bermain seperti apa. Meza, juga
Perez dan Acuna, seperti mencoba bermain dengan cara masing-masing. Mereka
seakan tidak tahu cara bermain dengan aset terbesar Argentina, Lionel Messi. La Pulga sendiri juga membuat catatan
buruk. Sepanjang babak pertama, ia hanya menyentuh bola 20 kali. Ia seperti
tidak mendapat umpan-umpan dari rekan-rekannya. Dan saat ia memegang bola,
pemain Tango lain seakan tak tahu harus berbuat apa. Sang ujung tombak, Kun
Aguero tak kalah buruk. Sepanjang 45
menit pertama, ia hanya menyentuh bola 7 kali!
Keberuntungan masih menghinggapi Argentina karena hingga
turun minum skor masih 0-0.
Babak kedua masih penuh ancaman dari Kroasia. Argentina belum
banyak berubah, hingga tujuh menit berselang setelah peluit babak kedua ditiup,
bencana terjadi. Sebuah backpass dari
Mercado untuk penjaga gawang Argentina, Willy Caballero, bermaksud
dikembalikan dengan sebuah umpan lambung. Namun sepakan kiper gundul itu
terlalu lemah dan mengenai bagian bawah bola. Alhasil, bola menjadi chip kepada pemain Kroasia yang sudah
bersiap merebut. Ante Rebic melihat seolah Caballerro memanjakannya dengan
umpan cantik. Tanpa ampun, Rebic menghukum kesalahan Caballero dengan sebuah
tendangan voli. Bola melaju deras. Kroasia 1, Argentina 0. Caballero melakukan
blunder konyol.
Argentina semakin dalam tekanan. Anak-anak Tango kian stres.
Sampaoli mengubah strategi dengan mengganti Kun Aguero dengan Gonzalo Higuain
untuk menambah daya serang. Tak lama berselang, ia memasukkan Paulo Dybala,
yang diplot di sayap kanan, menyusul Pavon yang diplot di sayap kiri. Sampaoli
kebingungan. Ia menugaskan anak asuhnya terus menyerang Kroasia. Tapi tak
berbuah hasil. Bahkan, karena buruknya koordinasi antar lini—terutama lini
belakang, Argentina semakin tertinggal 0-2 dari Kroasia setelah di menit 80,
Luka Modric mencetak gol berkelas tinggi melalui sepakan jitu dari luar kotak penalti.
Belum cukup memberi ampun, lewat sebuah serangan balik yang
cepat, Ivan Rakitic membawa bola memasuki garis pertahanan Argentina. Tiga bek
Argentina kalang kabut mengejar. Di sebelah kiri, pemain Kroasia yang bermain
di Real Madrid, Kovacic, berlari menyusul. Rakitic menendang bola, Caballero
menepisnya. Bola muntah dikuasai Rakitic lagi. Bola ia sodorkan ke Kovacic
yang kemudian mengembalikan lagi ke
Rakitic. Barisan pertahanan Argentina dilecehkan kombinasi pemain Real
Madrid-Barcelona ini. Lionel Messi mengejar bola, namun terlambat. Ia
melambatkan lajunya. Mengamati bola sepakan Rakitic memasuki gawang Caballero. Argentina kian remuk. Kroasia menggilasnya
dengan tiga gol tanpa balas. Kroasia mematahkan buruknya rekor pertemuan
menghadapi wakil Amerika Selatan di Piala Dunia, dengan kemenangan pertama.
Babak belurnya Argentina ini menuntut pertanggungjawaban
Sampaoli sebagai juru taktik. Ia dikecam banyak fans karena kekeraskepalaannya
meracik skema yang dinilai tidak sesuai dengan karakter dan gaya permainan
pemain-pemainnya. Mantan pelatih Chile yang sukses meraih Copa America 2015 ini
mengakui kesalahannya.
“Kunci kekalahan berkaitan dengan saya karena saya adalah
pelatihnya. Saya harus menyusun rencana dan jika saya melakukannya secara
berbeda, mungkin segalanya akan berjalan lebih baik,” tukasnya.
Dengan kekalahan telak ini, Argentina tertahan di peringkat 3
grup D. Pertandingan terakhir grup, mereka akan menghadapi Nigeria.Satu-satunya
yang dimiliki Argentina adalah harapan. Peluang lolos ke fase knockout kian ciut. Mimpi buruk yang
terus menghantui sejak pra Piala Dunia belum usai. Setelah lolos dari lubang
jarum di fase kualifikasi, Argentina terancam tersingkir lebih awal di Piala
Dunia 2018.
Besar kemungkinan, Lionel Messi akan pensiun dari timnas
Argentina tahun ini.
Kurangnya tandem messi seperti dibarca seakan2 Messi tidak bermain untuk Argentina melainkan Argentina bermain untuk Messi sehingga Argentina tidak bisa memaksimalkan potensi sang megabintang krn kurangnya tandem messi seperti dibarca
BalasHapus