Minggu, 17 Juni 2018

Catatan Piala Dunia 2018 (Argentina vs Islandia): Messi Bukan Alien






Lionel Andres Messi seperti digelayuti kegamangan saat memimpin Argentina menghadapi Islandia di partai pembukaan grup D, yang dihelat di Spartak Stadium, semalam. Di pundaknya, bercokol harapan banyak orang, terutama penggemarnya—termasuk saya, menanti Sang Mesias menampilkan mukjizat di bulan suci ini. Sedang sekitar 20 jam sebelumnya, metahuman dari Portugal, Cristiano Ronaldo, rival abadinya, unjuk kebolehan saat mengimbangi matador-matador Spanyol. Doa seluruh penduduk Argentina boleh jadi terkumpul, semua berharap Messi tak kalah pamor dari CR7. Alien dari Rosario diharapkan menumpas perlawanan putra-putra Odin.

Yang dihadapi Argentina adalah Islandia, negara yang secara peringkat FIFA berada belasan tingkat di bawahnya. Namun Islandia tak bertekad menjadi sansak. Catatan perjalanan Islandia menuju putaran final terbilang tidak jelek. Negara kecil itu mampu menjadi juara grup I, mengungguli posisi Turki, Ukraina, atau justru Kroasia, sebelum akhirnya berpartisipasi di Piala Dunia untuk pertama kalinya sepanjang sejarah. Dengan populasi penduduk yang hanya sekitar 334 ribu jiwa (hanya sekitar 3 kali populasi penduduk kecamatan Ambulu, Jember), Islandia adalah kontestan Piala Dunia dengan jumlah penduduk terendah.


Sejak peluit penanda pertandingan dimulai, Argentina langsung mengambil inisiatif menggempur Islandia. Lionel Messi menempati posisi favoritnya di belakang penyerang murni, sementara Kun Aguero menjadi ujung tombak. Di sayap kiri, Angel Di Maria rajin menyisir dan menyayat garis pertahanan sebelah kanan Islandia.

Islandia enggan bermain api. Mereka menumpuk semua pemain di garis pertahanan. Sesekali berharap Marcus Rojo dan Otomendi lengah sehingga serangan balik bisa dilancarkan.

Rentetan serangan yang bertubi-tubi ke gawang Islandia baru bisa berbuah gol di menit 19. Lewat serangan dari sisi kiri, sebuah umpan tajam menyusur tanah dari Marcus Rojo dihentikan Kun Aguero dengan kontrol ciamik. Mendorong bola dengan punggung kaki, mantan menantu Diego Maradona itu menembakkan bola dengan kaki kiri. Gol tercipta. Argentina 1, Islandia 0.

Namun Islandia tak butuh waktu lama untuk membalas. Lewat serangan balik yang berbuah kemelut, Alfred Finnbogason menyamakan kedudukan lima menit kemudian.

Messi sendiri bukannya tanpa upaya. Berkali-kali La Pulga mencoba merobek gawang yang dijaga Hannes Thor Halldorsson lewat serangan-serangan dari berbagai sisi. Namun disipilin dan kokohnya tembok pertahanan Islandia menihilkan hasil dari usahanya. Mendung di raut Messi semakin bergelayut. Lionel Messi frustasi.

Hingga babak pertama usai, kedudukan masih 1-1.  

                                                                                    ***

Tidak banyak perubahan gaya dari Islandia dan Argentina di babak kedua. Argentina terus menggempur, Islandia semakin menumpuk pasukannya hingga seperempat lapangan. Argentina memasukkan Banega, mengganti Di Maria dengan Pavon, sampai memasukkan Si Burung Pipit, Gonzalo Higuain,  untuk menambah daya gedor.

Di menit ke-64, Messi melepaskan umpan lambung melengkung dari luar kotak penalti. Defender Islandia berjibaku mengamankan bola yang membuat mereka menjatuhkan pemain Argentina di kotak terlarang. Pelanggaran tercipta. Wasit menunjuk titik putih. Peluang besar untuk Argentina.

Top Skor La Liga sekaligus Peraih Sepatu Emas Eropa 2018 melawan Halldorsson.



Halldorsson mengaku, sebelum pertandingan sering mempelajari gaya tendangan penalti Lionel Messi. “Bola seringkali mengarah ke arah kanan,”  katanya.

Lionel Messi ternyata benar-benar menendang ke arah kanan. Bola berhasil ditepis penajaga gawang Islandia. Gol urung hadir. Mendung semakin bergelayut di Spartak Stadium.

Messi memiliki catatan yang buruk soal eksekusi penalti. Dari 7 tendangan penalti yang ia ambil untuk Argentina dan Barcelona, hanya 4 yang berbuah gol. Persentasenya sekitar 57 persen. Yang paling berbekas dalam ingatan adalah kegagalannya menendang penalti di final Copa America melawan Chile, yang sempat mendorongnya untuk pensiun dari timnas Argentina.

Argentina tak mau kendur. Serangan terus digelontorkan. Penguasaan bola oleh Argentina nyaris 80%, tertinggi di gelaran Piala Dunia. Lionel Messi seperti hendak menebus kesalahan. Berkali-kali ia melepaskan tembakan. Terhitung, pada pertandingan semalam, Messi melepaskan 11 tendangan ke arah gawang yang tiada berbuah gol satupun. Gunung es Islandia benar-benar membuat Messi nampak seperti julukannya, La Pulga (Si Kutu). Si Kutu yang mati kutu. 



Laga usai dengan skor imbang 1-1. Sebuah pencapaian besar untuk Islandia. Mereka menahan favorit juara yang dihuni oleh salah satu pemain terbaik sepanjang masa. Pemain yang kerap disebut berasal dari planet lain. Alien dengan kemampuan ultraterestial, mengungguli kemampuan pemain biasa. Namun pertandingan semalam memberi sebuah penegas: Messi bukan alien. Ia hanya manusia biasa yang kerepotan menjebol gawang musuh. Argentina memang terlihat sangat bergantung padanya. Messi seperti memutar otak sendirian. Kita tahu bahwa Xavi Hernadez, Andres Iniesta, dan Sergio Busquet sampai pertandingan semalam masih berkewarganegaraan Spanyol. Tidak ada mereka di Argentina.

“Leo menunjukkan diri bahwa dia juga manusia. Kami mendukung dia. Dia hanya menjalani hari yang buruk, tapi kami tahu bahwa dia bisa memberi kami kemenangan di momen kapanpun dalam setiap laga. Saya harap dia bisa menjadi lebih baik di pertandingan berikutnya melawan Kroasia,” bela Kun Aguero.

Menghadapi Kroasia di laga berikutnya bukanlah perkara gampang. Beban Messi kian berat. Namun tentu, banyak yang ingin melihatnya bangkit lagi. Ia bukan alien, memang. Tapi ia bukan manusia sembarangan. Kita masih ingat bagaimana ia begitu heroik mencetak trigol di laga hidup mati kualifikasi Piala Dunia. Laga yang bila tidak dimenangi dengan gol yang cukup hanya akan membuat Argentina menjadi penonton.

Islandia sangat layak diapresiasi. Mereka masih menyimpan banyak kejutan lain. Jangan lupa, di Euro 2016, timnas ini yang menghempaskan Inggris. Untuk diketahui, timnas mereka berisi orang-orang yang tidak sepenuhnya berprofesi sebagai pemain bola. Mereka dilatih oleh seorang dokter gigi. Dan sang man of the match, Hannes Thor Halldorsson, kiper penepis tendangan Messi adalah seorang sutradara iklan. Pesepakbola adalah profesi keduanya. Ia adalah kiper dari klub kecil di Denmark, Randers FC.  

***

Drama sepakbola terus berlanjut. Semakin banyak hal yang layak dicatat.

Banyak hal yang tidak sesuai dugaan adalah hal yang menjadikan sepakbola begitu dicintai penggemarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar