Kamis, 05 Mei 2016

Berganti Dot Com





Pada mulanya adalah rasa ingin tahu.

Di cerita agama samawi, rasa ingin tahu pula yang membuat Hawa/Eve  melanggar larangan untuk mencicipi buah surga, membuat  ia beserta Adam menjadi makhluk terusir dan menjalani hukuman di dunia. Tapi rasa penasaran tak selamanya buruk. Terlalu banyak hal bermanfaat di dunia ini yang dipantik oleh rasa ingin tahu manusia.  Misalnya beragam penemuan penting. Dari karet gelang hingga pengorek kotoran telinga. Dari kamera hingga internet. Karenanya, kadang, rasa ingin tahu adalah perkara yang sangat patut disyukuri.

Rasa penasaran pula yang akhirnya membuat saya membuat blog. Kala itu adalah sekitar sepuluh tahun yang lalu. Saya masih sebagai mahasiswa yang gagap melihat betapa menariknya internet. Saya kuliah di bidang kesehatan, menaruh minat di dunia komik, dan baru berkenalan dengan dunia literasi. Saya ingin tahu lebih banyak tentang komik Indonesia sekaligus ingin berkenalan lebih jauh tentang dunia tulis menulis. Karena konon Google adalah makhluk yang maha tahu, maka saya bertanya kepadanya. Atas petunjuk Google saya berselancar di laman-laman yang banyak memberikan asupan informasi kepada saya tentang dunia komik Indonesia sekaligus dunia literasi. Saya dipertemukan dengan banyak orang yang  menurut saya istimewa di sebuah situs yang menyediakan layanan blog. Nama situs itu adalah Multiply. Agar interaksi saya lebih mudah dengan mereka, tentu saya membuat blog. Itu adalah blog pertama saya. Sejak itu pula saya perlahan  meninggalkan media sosial paling hits saat itu: Friendster, serta tak lagi bermain-main di aplikasi chatting paling tersohor di jamannya: MiRC


Dari Multiply saya berkenalan dengan beberapa kawan yang bisa mengakomodasi kebutuhan saya tentang dunia komik Indonesia dan secara tidak langsung memantik saya untuk belajar menulis. Saya banyak mengunduh ilmu dan wawasan dari mereka. Mereka orang-orang baik.  Tak hanya sering memberi kritik sekaligus saran, beberapa dari mereka bahkan ada yang sampai mengirim paket buku dan cakram data secara gratis. Ketika saya bertanya kepada salah satu dari mereka tentang alasan saya diberi gratis, dia menjawab, “Kalau saya mendapatkannya dengan cuma-cuma, mengapa kamu harus mendapatkannya dari saya dengan membayar?”

Sayangnya Multiply pada akhirnya harus gulung tikar. Situs itu entah bagaimana nasibnya kini. Setahu saya sudah tidak bisa diakses. Saya memutuskan untuk hijrah di dua situs penyedia blog yang kemudian lebih populer, yakni Blogspot dan Wordpress. Kawan-kawan yang saya kenal di Multiply juga tentu saja demikian, walau lebih banyak dari mereka yang tidak saya ketahui  aktivitas blogging-nya setelah Multiply kandas.

***

Saya tidak pernah tersinggung kalau ada yang bilang saya adalah blogger angin-anginan. Untuk apa tersinggung jika kenyataannya demikian. Salah satu dari kawan saya ada yang berseloroh bahwa dibandingkan dia yang blogger garis keras (karena rajin posting), saya adalah blogger garis putus-putus. Kadang ngeblog, tapi lebih banyak tidak.

Kalau ditanya alasan kenapa tidak rajin posting, saya bisa menghimpun banyak apologi. Biarlah apologi menjadi apologi. Tak usah dibahas.

Dulu saya pernah bilang, bahwa menulis di blog adalah salah satu cara yang saya pilih untuk menjaga kewarasan. Saya meminta maaf  kalau terkesan berlebihan. Tapi buat  saya memang demikian. Saya berharap menulis di blog tentang hal-hal kecil yang kerap diabaikan. Dan saya rasa itu menyenangkan.

Saya juga tidak menampik, bahwa di luar urusan menjaga kewarasan, saya juga menulis di blog untuk perkara lain. Untuk lomba menulis, misalnya. Memang demikian kondisinya. Saya mengakui bahwa saya adalah bounty hunter yang memakai blog sebagai alat mengikuti sayembara penulisan. Saya tidak merasa ada yang salah dengan hal itu. Dan beruntungnya, saya diijinkan memenangi beberapa perlombaan itu. Barakallah.

Tapi semakin lama saya semakin merasa bahwa saya kurang serius. Kurang sungguh-sungguh menulis di blog. Maksud saya kalau memang ingin bermain, mari bermain-main dengan serius. Saya menyadari, bahwa semakin jauh saya belajar menulis, dorongan agar saya terus mengembangkan diri lebih baik lagi semakin menguat.

***

Ada yang pernah dengar  grup band bernama Eskavis? Jika tidak pernah, tak perlu risau. Banyak yang tidak tahu tentang  grup band dari Sumatera Barat ini. Saya yakin, Bens Leo yang kerap diklaim sebagai pengamat belantika musik Indonesia pun belum tentu tahu. Saya juga pertama kali mendengar nama band yang mempunyai single berjudul Hingga di Alam Surga (saya belum pernah mendengar lagunya) ini tak lebih dari sebulan yang lalu.

Tapi jika nama Eskavis diganti dengan NUSAnews.com, Posmetro.info, hingga NBCIndonesia.com, mungkin lebih banyak yang tahu. Tak hanya tahu, banyak di antara kita yang sering membaca tautan di media sosial yang diarahkan ke alamat web yang saya sebut tadi. Orang-orang di balik web-web itu adalah orang-orang di balik grup band entah yang bernama Eskavis tadi.

Mereka adalah anak-anak muda yang masih berstatus mahasiswa semester tujuh di salah satu universitas negeri di Sumatera Barat. Dengan membeli domain yang harganya tak lebih dari 200 ribu rupiah setahun, mereka mengisi konten webnya dengan beragam berita ngawur, hasil comot dan direkayasa sedikit-sedikit, diberi judul bombastis,  untuk menggugah rasa ingin tahu pembaca tanpa peduli dengan kericuhan akibat persepsi yang salah. Tak jarang, pertikaian di media sosial disulut oleh tulisan-tulisan dari web-web tadi. Konten yang ditulis adalah berita ngawur dan ditulis sekenanya tentang kondisi politik negeri ini.

Apakah mereka adalah intelejen yang menyamar menjadi mahasiswa yang tidak kunjung lulus dan menjalankan tugas untuk spin isu? Oh ayolah, ini bukan film sejenis Mission Impossible yang ternyata selalu punya banyak kemungkinan itu. Ini adalah cerita anak-anak muda yang jeli melihat celah berupa rasa ingin tahu yang tinggi dari orang Indonesia, agar mendapatkan uang yang banyak. Sekali lagi ini perkara uang, bukan perkara idealisme.

Sebab selain banyak tahu, ternyata Google juga makhluk yang baik hati. Dengan ramainya kunjungan pembaca ke web mahasiswa-mahasiswa tadi, Google Ad Sense memberi mereka ganjaran. Tak tanggung, sekitar 40 ribu dollar Amerika setahun. Silakan hitung sendiri konversinya ke rupiah.

Setelah mengumpat, kemudian tercengang, saya kemudian berpikir sok bijak. Jika memang untuk perkara yang buruk  ada orang yang sampai sebegitu niat dan serius  menulis, maka mengapa saya tidak serius pula untuk menulis walaupun sekadar bersenang-senang? Maksud saya, mengapa saya tidak bersenang-senang dengan serius di blog? Saya tidak melihat perkara mencari uang lewat web/blog sebagaimana dilakukan anak-anak Eskavis sebagai hal yang buruk. Tapi membuat berita ngawur yang berdampak buruk untuk orang banyak adalah perihal yang  sangat tidak patut, saya rasa.

Maka beberapa hari yang lalu saya memancangkan niat untuk lebih serius ngeblog. Saya awali dengan mengganti domain menjadi dot com. Perkara remeh untuk beberapa orang, mungkin. Namun buat saya itu adalah perkara yang cukup penting untuk menggenjot gairah saya menulis di blog ini.

Pertama, menunjukkan dengan jelas keseriusan saya ke diri sendiri dan orang lain. Domain itu saya beli, walaupun  tak mahal. Namun dengan membeli domain, setidaknya ada panggilan yang mengetuk di dalam diri untuk menyayangkan sikap malas menulis. Membeli domain namun tidak pernah mengisi blog adalah perkara yang mubadzir. Kata guru mengaji saya dulu, itu perkara yang disukai setan. Hehe.

Alasan lain mengganti domain ke dot com bagi saya juga perkara kesederhanaan. Daripada mengetik terlalu panjang, jelas lebih mudah mengetik dot com setelah menulis nama saya tanpa spasi. Buat siapa? Ya buat siapa saja yang ingin singgah. Saya kira lumrah kalau orang lebih suka sesuatu yang lebih mudah.

Sisanya adalah perkara terusiknya akal sehat saya. Masa kalah niat dengan anak-anak Eskavis, padahal mereka hanya main sebar tulisan ngawur? Alasan yang terakhir ini mungkin alasan yang terkesan naïf. Sebab motivasinya sudah tidak sama. Bagi mereka, uang adalah tendensi utama. Peduli setan dengan idealisme maupun jargon sharing is caring. Sedang saya sekadar ingin bersenang-senang, berupaya menjaga kewarasan, syukur-syukur dapat uang kalau berhasil memenuhi tawaran pekerjaan lewat blog atau mungkin memenangi lomba penulisan.

Yang  jelas, upaya mengganti domain ini saya sikapi dengan kemauan untuk terus belajar, melihat banyak hal, rajin menggali informasi, dan senantiasa mengasah kepekaan untuk terus menulis.

Mudah-mudahan berhasil. Namanya juga usaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar