Sabtu, 16 April 2016

Ketika Panda Mencari Jati Diri

http://pop-break.com/wp-content/uploads/2016/01/Kung-Fu-Panda-3-feat.jpg
Gambar diambil dari sini

Namanya adalah Oogway, seorang mahaguru kungfu yang bersemayam di dunia arwah. Kura-kura yang sangat dihormati di jagad persilatan ini kemudian diusik ketenangannya oleh kehadiran mantan sahabat karibnya sendiri, Kai, yang berambisi menaklukan semua master kungfu dan mengambil energi inti (chi) mereka. Ambisi Kai kian bertambah ketika dia mendapati bahwa salah satu murid Oogway memiliki chi yang sangat besar. Dia adalah Po, panda  lugu  yang merupakan Pendekar Naga dan doyan melahap pangsit. Karena potensi chi Po sangat besar, maka Kai memutuskan untuk memburu panda ini. Diburu oleh pendekar nomor wahid dari dunia arwah, Po harus menyiapkan diri dan menguasai chi-nya dengan  belajar hal penting: memahami jati dirinya.


Kisah perburuan Kai terhadap Po menjadi jalan utama dari film Kungfu Panda 3, yang baru saja saya tonton. Tak  jauh berbeda dengan film-film sebelumnya, Kungfu Panda 3 masih diwarnai aksi Po dan lima temannya (The Furious Five) yang bersatu padu melawan musuh yang mengancam ketenangan desa mereka. Hanya saja, di film ini, kita lebih banyak disuguhi adegan-adegan emosional yang diawali pertemuan Po dengan ayah kandungnya, setelah sekitar 20 tahun dia diasuh oleh unggas yang juga pedagang pangsit. Selebihnya, kita masih dihibur oleh adegan-adegan pertarungan yang menarik karena dibuat pada ritme yang sesekali cepat sekaligus sesekali melambat karena dipadukan dengan kekonyolan-kekonyolan.

Sebagai sebuah film animasi, Kungfu Panda tak pernah gagal memikat. Sama dengan film-film sebelumya, sekuel ini memberikan pengalaman menarik bagi penonton untuk mengkhidmati sajian animasi yang memukau, terutama saat adegan baku hantam berlangsung. Seru, lucu, dan khas.  Gambar yang banyak diambil dari jarak dekat juga semakin membuat adegan laga enak ditonton.

https://moviesinthephilippines.files.wordpress.com/2016/02/po-and-kai-in-a-fight-scene-in-kung-fu-panda-3.jpg?w=600
Gambar diambil dari sini
Film ini juga begitu kental dengan nuansa humor meskipun dialognya sarat dengan pesan yang mendalam. Konflik dibangun dengan perlahan dengan tidak terburu-buru, namun juga tidak bertele-tele. Kita bisa menyimak kegamangan dan dilema tokoh-tokoh di dalamnya dalam membuat pilihan-pilihan penting.  Semisal ayah kandung Po yang membuat kebohongan untuk menyelamatkan anaknya, begitu pula dengan ayah angkatnya yang sudah 20 tahun melakukan hal serupa. “Kita bisa sesekali berbohong untuk hal-hal yang baik,” katanya.  

Yang menjadi kekurangan adalah jalan cerita yang terbilang klise. Perubahan Po dari sosok yang tidak berdaya melawan kedigdayaan Kai menjadi ksatria yang membangkitkan chi dahsyatnya juga terkesan terlalu instan dan gampang. Sehingga ada kesan cerita yang dieksekusi terburu-buru di seperempat bagian terakhir. Peran Furious Five yang sangat menonjol di film-film sebelumnya juga tertutupi oleh kisah Po dan saudara-saudaranya di kampung halamannya.

Gambar diambil dari sini


Film besutan Jenniferr Yuh Nelson dan Alessandro Carloni yang berdurasi 2 jam ini  adalah film keluarga yang layak tonton. Selain sekadar menghibur, penonton banyak diisi oleh pemahaman-pemahaman menarik tentang falsafah hidup yang disampaikan oleh tokoh-tokohnya.  Semisal keberanian menjadi diri sendiri, membangun rasa percaya, atau pelajaran untuk merelakan hal-hal yang tidak selalu dapat direngkuh.

Skor Akhir: 7,5 dari 10. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar