Gambar diambil dari sini |
Yang
mengukuhkan eksistensi manusia adalah rahasianya masing-masing. Yang
memanusiakan mereka bukanlah apa yang tampak, namun apa yang disembunyikan. Apa
yang dijaga erat-erat, untuk dirinya
sendiri—entah sampai kapan, mungkin hingga raga berkalang tanah.
Aku
menyaksikan wajah-wajah dalam kerumunan. Lelaki tua dengan kemeja berwarna
kelabu, wanita pesolek dengan riasan yang kelewat menor, anak kecil yang cemas
menunggu jemputan orang tuanya, perempuan muda tanpa make up, atau pemuda tanggung dengan kumis pubertas yang baru saja
tumbuh. Juga beberapa wajah yang tak kucatat benar dalam ingatan.
Jelas,
aku tak mungkin paham apa yang mereka sembunyikan. Rahasia adalah medan perang
sendiri-sendiri. Tiap dari mereka berkutat, sekaligus berpegang erat pada
rahasianya. Takdir paling utama dari manusia adalah menjaga rahasia.
Lalu
aku mereka-reka sendiri. Lelaki tua
berkemeja kelabu mungkin dulu pernah bercinta dengan artis terkenal. Wanita
pesolek mungkin pernah frustasi kepada agama, lalu menjadi atheis dan
menyerapahi ayat-ayat dari kitab suci. Anak kecil yang cemas menunggu jemputan
orang tuanya mungkin adalah anak hasil aborsi dan ia baru menyadarinya beberapa
hari yang lalu. Remaja berkumis tipis barangkali adalah buron yang paling
dicari badan intelejen karena usai meretas situs milik salah satu lembaga
negara. Perempuan tanpa make up mungkin adalah penyandang dana dari gerakan
sosial yang memberikan bantuan materi dan pendidikan kepada anak jalanan. Atau
apapun.
Tidak
ada yang salah dengan imajinasi. Tak ada yang punya hak untuk mengadili
persepsi dan fantasi yang meletup-letup seperti asap knalpot di jalan raya pagi
hari. Tak ada.
Tak ada
pula yang punya hak secuil pun untuk mengusik rahasia masing-masing. Apalagi
mengadili kehidupan seseorang dari apa yang tampak. Yang menyembul di permukaan
hanya porsi yang terlewat kecil dari hidup yang utuh. Ujung gunung es yang
tertutup lautan bernama kehidupan bermasyarakat—yang kerap penuh kepura-puraan
dan basa-basi yang kelewat dibuat-buat. Sikap palsu yang dipoles sebagai
mekanisme psikologis yang alami agar rahasia tetap terus terjaga tanpa terusik.
Maka
sikap yang menghormati kemanusiaan salah
satunya adalah dengan tidak mencampuri tanpa diminta terhadap pilihan hidup tiap-tiap
orang. Sebab terlalu banyak hal yang tidak kita tahu. Menghormati tiap pribadi
melakukan pertempurannya sendiri.
Menuntaskan eksistensinya sebagai makhluk yang menjaga sesuatu yang baginya
penting untuk hanya diketahui dirinya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar