Minggu, 24 Agustus 2014

Rahasia


 
Gambar diambil dari sini

Yang mengukuhkan eksistensi manusia adalah rahasianya masing-masing. Yang memanusiakan mereka bukanlah apa yang tampak, namun apa yang disembunyikan. Apa yang dijaga erat-erat, untuk dirinya sendiri—entah sampai kapan, mungkin hingga raga berkalang tanah. 

Aku menyaksikan wajah-wajah dalam kerumunan. Lelaki tua dengan kemeja berwarna kelabu, wanita pesolek dengan riasan yang kelewat menor, anak kecil yang cemas menunggu jemputan orang tuanya, perempuan muda tanpa make up, atau pemuda tanggung dengan kumis pubertas yang baru saja tumbuh. Juga beberapa wajah yang tak kucatat benar dalam ingatan. 

Jelas, aku tak mungkin paham apa yang mereka sembunyikan. Rahasia adalah medan perang sendiri-sendiri. Tiap dari mereka berkutat, sekaligus berpegang erat pada rahasianya. Takdir paling utama dari manusia adalah menjaga rahasia. 

Lalu aku mereka-reka sendiri.  Lelaki tua berkemeja kelabu mungkin dulu pernah bercinta dengan artis terkenal. Wanita pesolek mungkin pernah frustasi kepada agama, lalu menjadi atheis dan menyerapahi ayat-ayat dari kitab suci. Anak kecil yang cemas menunggu jemputan orang tuanya mungkin adalah anak hasil aborsi dan ia baru menyadarinya beberapa hari yang lalu. Remaja berkumis tipis barangkali adalah buron yang paling dicari badan intelejen karena usai meretas situs milik salah satu lembaga negara. Perempuan tanpa make up mungkin adalah penyandang dana dari gerakan sosial yang memberikan bantuan materi dan pendidikan kepada anak jalanan. Atau apapun. 

Tidak ada yang salah dengan imajinasi. Tak ada yang punya hak untuk mengadili persepsi dan fantasi yang meletup-letup seperti asap knalpot di jalan raya pagi hari. Tak ada. 

Tak ada pula yang punya hak secuil pun untuk mengusik rahasia masing-masing. Apalagi mengadili kehidupan seseorang dari apa yang tampak. Yang menyembul di permukaan hanya porsi yang terlewat kecil dari hidup yang utuh. Ujung gunung es yang tertutup lautan bernama kehidupan bermasyarakat—yang kerap penuh kepura-puraan dan basa-basi yang kelewat dibuat-buat. Sikap palsu yang dipoles sebagai mekanisme psikologis yang alami agar rahasia tetap terus terjaga tanpa terusik.

Maka sikap  yang menghormati kemanusiaan salah satunya adalah dengan tidak mencampuri tanpa diminta terhadap pilihan hidup tiap-tiap orang. Sebab terlalu banyak hal yang tidak kita tahu. Menghormati tiap pribadi melakukan pertempurannya  sendiri. Menuntaskan eksistensinya sebagai makhluk yang menjaga sesuatu yang baginya penting untuk hanya diketahui dirinya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar