Rabu, 15 Juni 2011

Pohon, Iklan, dan Kita.

Apa fungsi pohon? Tergantung kita melihat dari sudut pandang mana. Bila memakai sudut pandang kita adalah pejalan yang basah tersiram hujan dan tersengat terik matahari, maka fungsi pohon adalah untuk berteduh. Bila dari sudut pasangan kasmaran, barangkali pohon bisa untuk numpang pacaran sambil sesekali curi-curi kesempatan. Dan bila kita memakai sudut pandang burung, pohon adalah rumah. Tempat tinggal, makan dan minum, atau barangkali justru bereproduksi.

Tapi apa jadinya bila kita melihat fungsi pohon dari sudut manusia jaman sekarang yang gelisah mencari uang untuk memenuhi kebutuhan? Maka fungsi pohon bertambah: menjadi media beriklan.
Sore itu, saya jalan-jalan sepulang kerja. Mata yang jelalatan sibuk melihat pohon-pohon di tepi jalan dan mulut yang kerap nyinyir bergumam sendirian.

Pohon, yang berdiri tak lagi gagah di pinggir jalan-jalan itu, jelas tak bisa teriak saat tangan-tangan manusia memasang lembar-lembar propaganda sesuai kebutuhan masing-masing. Memancang paku-paku, merajam dengan angkuh.

Barangkali manusiawi, barangkali tidak. Manusiawi karena, manusia mana yang tak mau untung? Beriklan barangkali kelewat susah dan mahal. Efektifitasnya juga belum tentu. Maka memancang iklan dengan memakunya di pohon menjadi pilihan. Hidup ini kejam, memang.

Tapi terasa tidak manusiawi saat kita, manusia yang konon berperasaan itu tega melakukan rajam kepada sesama makhluk hidup. Demi apa? Demi bujuk rayu yang dibalut informasi kepada pelanggan, agar kerja laris, penghasilan deras. Dan rajam itu terasa kian perih buat saya, ketika ada partai politik yang masih saja merajam pohon dengan panji partainya. Tidak bisakah pakai cara yang lain.

Buat yang bilang beriklan itu mahal, anda bisa pakai cara lain yang hampir mirip. Tak perlu pakai pohon yang anda paku hidup-hidup. Gunakan kayu bekas, besi bekas (di loakan banyak) atau kalau masih mau ngeyel, tempelkan di tiang listrik, jangan di pohon. Dan untuk partai politik apapun itu, ayolah, Anda kami nilai cukup pintar dan punya cara lain daripada sekedar perilaku vandal lingkungan. Duit anda banyak, promosi lewat media kan bisa. Cetak maupun maya. Bahwa dilarang karena bukan musim kampanye, berarti yang salah Anda.

Toh, saya kira apa artinya panji yang disebar bila tidak diikuti itikad politik yang baik saat bekerja mengatasnamakan rakyat.

3 komentar:

  1. saya tertarik untuk meminjam salahsatu gambar untuk ilustrasi dari yang terpampang pada artikel ini. jadi pengennya sih minta izin dengan tautan yang menuju ke artikel ini. bolehkah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. ini artikelnya: http://webid.web.id/catatan-kecil/2015/undangan-hvs

      Hapus